Jangan Lupa FOLLOW Blog ini Ya.....

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
DI SEKOLAH DASAR NEGERI GARAWANGI
DESA GARAWANGI KEC. GARAWANGI KAB. KUNINGAN
Oleh : Dani Djaelani PAI – B / III (086-1562)

A. Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;
2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
3. memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan untuk:
1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang hendak dicapai ketika anak didik keluar dari sekolah dasar adalah sebagai berikut:
1. Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq.
2. Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar.
3. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela.
4. Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji.
5. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi.
Dalam rangka mengimplementasikan tujuan pendidikan agama islam di sekolah dasar tersebut, sekolah diberikan kewenangan untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai tujuan itu. Guru pendidikan Agama islam pun memiliki hak dan wewenang dalam memilih model, metode, media pengajaran yang dianggap efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

B. Deskripsi Pembelajaran Al-Qur’an di SDN Garawangi
SDN Garawangi adalah sekolah dasar negeri yang melaksanakan pembelajaran sesuai dengan acuan yag telah ditentukan oleh pemerintah, diantaranya melaksanakan delapan standar pendidikan nasional. Namun demikian, SDN Garawangi telah menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sejak tahun 2005, dan melaksanakan PBM yang mengacu kepada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sejak tahun 2006 atau awal program ini disosialisasikan.
Dengan demikian materi Al-Qur’an yang disajikan disesuaikan dengan kurikulum yang ada, artinya mengacu pada Standar Isi, namun telah di sesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dalam KTSP. Setiap jenjang kelas memiliki karakteristik dan orientasi pembelajaran Al-Qur’an yang relatif berbeda seperti pada tabel berikut :
Kelas Orientasi Pembelajaran Al-Qur’an
I • Melafalkan huruf-huruf hijaiyyah dengan makhorij yang benar
• Mengenal dan cara baca tanda baca (fatah, kasra, dhomah, sukun)
• Melafalkan huruf hijaiyyah bersyakal
• Menulis huruf hijaiyyah dengan benar dan rapi
• Menghafal QS. Al-Fatihah dan QS. Al-Kautsar, QS. Al-Ashr dan QS. An-Nashr
Kelas Orientasi Pembelajaran Al-Qur’an
II • Mengenal huruf-huruf sambung sederhana (4-5 huruf / lebih)
• Mengenal tanda baca (tanwin dan syiddah)
• Melafalkan huruf sambung sederhana dengan harakat yang tepat
• Menulis huruf hijaiyyah sambung sederhana dengan rapi
• Menghafal QS. Al-Fatihah dan QS. Al-Kautsar, QS. Al-Ashr dan QS. An-Nashr dan QS. Al-Ikhlash.
III • Melafalkan huruf dan kata dalam al-Qur’an
• Mengenalkan cara baca Alif Lam
• Menulis huruf dan kata dalam al-Qur’an
• Menghafal QS. An-Naas, QS. Al-Falaq, dan QS. Al-Kaafirun
IV • Melafalkan kata dan kalimat dalam al-Qur’an
• Mengenalkan cara baca jelas (idzhar)
• Mengenalkan cara baca panjang (mad)
• Menulis surat pendek
• Mengulangi bacaan QS. Al-Fatihah, Al-Kautrsat, QS. An-Nashr dengan bacaan yang benar.
• Mengartikan QS. Al-Fatihah, Al-Kautrsat dan QS. An-Nashr
V • Melafalkan kata dan kalimat dalam Al-Qur’an
• Mengenalkan bacaan idhgom (samar)
• Menulis surat pendek
• Menghafalkan QS. Al-Lahab, Al-Kaafirun, Al-Ma’un dan Al-Fiil
• Mengartikan QS. Al-Lahab, Al-Kaafirun, Al-Ma’un dan Al-Fiil
VI • Melafalkan kata dan kalimat dalam Al-Qur’an
• Mengenalkan bacaan ikhfa’ (sembunyi) dan Iklab (terbalik)
• Mengenalkan tanda baca waqof
• Menulis surat pendek
• Menghafalkan QS. Al-Qadar, QS. Al-Alaq 1-5, QS. Al-Maaidah : 3 dan QS. Al-Hujurot : 13.
• Mengartikan QS. Al-Qadar, QS. Al-Alaq 1-5, QS. Al-Maaidah : 3 dan QS. Al-Hujurot : 13.

C. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an di SD Negeri Garawangi
Alokasi waktu pembelajaran Al-Qur’an setiap semesternya adalah 4 atau 5 kali pertemuan. Waktu yang sangat terbatas sangat tidak memungkinkan mencapai tujuan pembelajara Al-Qur’an di sekolah. Untuk itu sekolah menetapkan program “Pemberantasan Buta Baca Tulis Al-Qur’an” dengan menentukan beberapa strategi pembelajaran Al-Qur’an dengan harapan tujuan umum pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
1. Materi PAI di sekolah disajikan sebanyak 3 jam pelajaran setiap minggunya, satu jam pembelajaran di khusukan untuk melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an.
2. Melaksanakan pembiasaan membaca Al-Qur’an setiap Jum’at ke I dan III setiap bulannya khusunya kelas bawah (1, 2 dan 3) sebanyak 1 jam pelajaran.
3. Melakukan kerjasama dengan elemen masyarakat, khusunya orang tua siswa agar memberikan bimbingan khusus dalam membaca Al-Qur’an diantaranya menganjurkan untuk melakukan frivat Al-Qur’an, belajar di Madrasah (pesantren anak), dan TPA.
Adapun metode pembelajaran di sekolah adalah dengan menggunakan metode IQRA. Metode ini dipilih guru PAI karena dianggap metode paling cepat dan mudah dalam menyampaikan materi pengenalan huruf dan tahsin Al-Qur’an baik makhorij maupun pengenalan tajwid. Selain metode iqra’, metode hafalan digunakan sebagai metode pembelajaran Al-Qur’an, yaitu hafalan surat-surat atau ayat-ayat pendek sebagai sarana penunjang materi PAI.
D. Model-model pembelajaran Al-Qur’an di SDN Garawangi
Beragam model pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi Al-Qur’an disesuaikan dengan kebutuhan dan jenjang kelas. Berikut beberapa model pembelajaran Al-Qur’an yang dilaksanakan di SD Negeri Garawangi, yaitu:
MODEL PEMBELAJARAN SAQROTUB (SIMA’ IQRO TSUMA UKTUB)
Model ini digunakan untuk mempelajari Baca Tulis Qur’an (BTQ) dari tingkat yang paling dasar (mengenal huruf-huruf hijaiyyah) dan diberikan kepada peserta didik tingkat rendah (kelas 1, 2 dan 3), namun terkadang juga model ini digunakan untuk kelas atas (4, 5 dan 6), dalam memperdalam cara baca dan penulisan. Model ini menekankan kepada keterampilan Peserta didik untuk melafalkan dan menulis serta merangkan huru-huruf al-qur’an denga benar. Langkah-langkah model ini adalah sebagai berikut:
- Memisahkan antara anak didik laki-laki dengan perempuan
- Membagi papan tulis pada dua bagian (lajur kanan dan lajur kiri)
- Menulis huruf-huruf hijaiyyah tunggal pada lajur satu dan huruf hijaiyyah sambung pada sisi yang lainnya dengan acak. Namun antara huruf tunggal dan sambung memiliki sinkronisasi satu sama lainnya baik perubahan bentuk tulisan maupun syakal. (Materi disesuaikan dengan kompleksitas)
- Peserta didik diperdengarkan bacaan huruf dan makhorij
- Peserta didik diminta untuk menyebutkan huruf-huruf hijaiyyah tunggal dengan makhorij dan bunyi yang benar.
- Peserta didik menyinkronkan (menyocokan) huruf tunggal pada salah satu lajur papan tulis dengan huruf-huruf bersambung pada lajur yang lainnya. dengan cara menulis pada buku mereka.
- Guru membacakan huruf dengan makhorij dan syakal yang benar, Peserta didik mendengarkan ucapan guru, kemudian mengucapkan kembali, lalu menulisnya pada lembar kerja mereka
- Evaluasi dengan sistem Quiz. (guru membacakan 2 – 3 – 4 – 5 huruf secara berjejang, kemudian Peserta didik menyebutkan kembali dan menulis pada buku mereka secara berlomba siapa yang tercepat dengan menggunakan hitungan, Peserta didik yang terlambat menyetorkan tidak diberi nilai).

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
Model pembelajaran ini termasuk pada model kooperatif, untuk itu biasa digunakan pada kelas atas (4, 5 dan 6). Model ini menekankan pada kompetensi memahami dan menerapkan cara baca (kaidah baca) atau tajwid. Dalam menggunakan model ini untuk pembelajaran Al-Qur’an adalah dengan melalui fase-fase sebagai berikut:
Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Aktifitas : Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi sehingga siswa memiliki gairah untuk belajar, dengan cara diantranya membacakan salah satu hadits mengenai faidah membaca al-Qur’an.
Fase-2 : Menyajikan informasi
Aktivitas : Guru menulis beberapa contoh model bacaan pada materi di papan tulis (seperti menulis bacaan alif laam syamsiah dan qomariah) menerangkan kedudukan contoh sebagai hukum baca syamiah dan qomariah.
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Aktivitas :
1. Siswa dibagi menjadi 5 – 6 kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa secara variatif, siswa yang dianggap mampu dijadikan pembimbing teman sejawat.
2. Guru menyediakan sumber belajar yang berkaitan dengan tugas subtema untuk dikaji oleh tiap-tiap anggota kelompok sesuai dengan tugasnya, siswa diperbolehkan untuk menggali pengetahuannya sendiri maupun berbagi dengan siswa dari kelompok lain dengan tugas yang sama, sehingga mereka dapat membentuk grup ahli untuk mendiskusikan bahasan yang sama
Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Aktivitas :
1. Siswa yang dianggap mampu menerangkan materi kepada teman kelompoknya, sebagaimana tadi yang dijelaskan guru.
2. Dengan bimbingan dari guru, salah satu siswa membacakan surat atau ayat tertentu, kemudian mencari contoh serupa dalam surat / ayat yang dibaca secara bergantian kelompok.
3. Sementara itu kelompok lain menyimak dan mengkomentari kekurangan dan kelebihan bacaan dan contoh-contoh materi yang terkandung dalam bacaannya.
4. Sebagai alat ukur ketercapaian materi pelajaran yang disajikan, dalam fase ini guru melakukan klarifikasi atas apa yang telah siswa dapatkan dalam pembelajaran dalam rangka meluruskan pemahaman konsep sesuai dengan yang seharusnya, dan ditutup dengan sebuah kuis yang menguji pemahaman siswa dari hasil belajar yang telah dilakukannya
Fase-5 : Evaluasi
Aktivitas : Siswa membuka surat / ayat lain kemudian guru menunjuk para peserta didik untuk mencari hukum baca yang dimaksud secara bergiliran.
Fase-6 : Memberikan penghargaan
Aktivitas : Sebagai salah satu bentuk hasil evaluasi guru dalam membimbing dan mengamati jalannya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di atas, dalam fase ini guru dapat memberikan penghargaan atau reward bagi para siswa yang dianggap berperan baik dalam upayanya berusaha menyelesaikan tugas dan membagi pengetahuannya dalam kelompok
MODEL PEMBELAJARAN MEMORI
Dari sudut pandang Psikologis, siswa sekolah dasar (antara 06-12 tahun) adalah masa pengembangan pola fakir abstrak ke konkret hal ini ditandai dengan tiga kemampuan anak, yaitu mengklasifikasikan, meyusun, dan mengasosiasikan. Perilaku kognitif yang tampak pada periode ini adalah proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkret.
Selain itu, pada masa ini anak memiliki kemampuan mengingat yang tinggi, asalkan proses penyimpanan materi dalam memorinya ter-record dengan cara membentuk opini dalam fikiran Peserta didik melalui hubungan-hubungan yang sangat familiar dengan kehidupan mereka.
Pada materi Al-Qur’an terdapat materi menghafal sejumlah surat-surat pendek dan ayat-ayat yang berhubungan dengan materi. Dari pemikiran tersebut, maka Guru PAI di sekolah Dasar Negeri Garawangi-pun menggunakan model pembelajaran menghafal (Memory Model) .
Agak berbeda dari grand teori Memory Model, dengan melakukan peubahan dan inovasi fase yang dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran ini, yaitu:
Fase 1 : Attending to the Material (Menyiapkan Materi)
Aktivitas : Penyiapan materi ini dengan cara memisahkan antara satu ayat dengan ayat lain dengan menulis dalam secarik kertas (kartu) (differencing), membagikan kartu yang bertuliskan ayat kepada siswa (listing) dan merefleksikan materi (reflecting).
Fase 2 : Developing Conection (Membangun hubungan-hubungan)
Aktivitas : Memebuat materi hafalan menjadi familiar dengan menghubungkan antara ayat satu dengan ayat lain, hal ini dilakukan karena biasanya adanya kedekatan lafal.
Fase 3 : Expanding Memory Images (Memperluas Hafalan gambar)
Aktivitas : Menggunakan asosiasi yang dapat memberikan interst kepada siswa baik dengan lahjah, gerakan visual yang sangat memikat sehingga anak akan dapat lebih mengingat melalui perbuatan yang dilakukan guru.
Pada materi ini, fase 3 dengan cara membuat penekanan pada lahjah (intonasi) bacaan, gerakan tangan atau body language. Atau menunjukan gerakan atau visual yang memikat.
Fase 4 : Recalling (mengingat kembali)
Aktivitas : Mengingat kembali materi yang telah diajarkan bersama.
Pada fase terakhir ini, guru membuat quiz MATCH a MATCH, yaitu guru membagikan potongan-potongan kertas berisikan angka yang menunjukan surat tertentu atau bagian ayat tertentu kepada setiap siswa dengan cara menyimpan di atas meja dengan posisi tebalik. Siswa secara bergiliran membuka potongan kertas dan membacakan ayat sesuai angka (ayat ke-) yang mereka pegang. Setelah itu guru memberi penguatan materi.
MODEL PEMBELAJARAN TADRIJIY (BERJENJANG DAN BERTAHAP)
Model pembelajaran ini digunakan untuk pembelajaran tilawah. Model ini biasa digunakan untuk kelas atas (4, 5 dan 6) dimana kemampuan siswa lebih variatif, dan rata-rata mampu membaca Al-Qur’an.
Ada beberapa fase yang dilakukan dalam melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran tadrijiy, diantaranya adalah:
1. Menyampaikan tujuan pebelajaran Al-Qur’an dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan dari mempelajari Al-Qur’an dan memotivasi siswa agar mau dan cinta membaca al-Qur’an dengan cara mengemukakan keuntungan mampu membaca al-Qur’an.
2. Mengklasifikasikan siswa berdasarkan kemampuan memebaca siswa kedalam 3 kelompok besar
Siswa dibagi kedalam kelompok siswa yang mampu membaca tingkatan al-Qur’an, siswa yang mampu membaca tingkatan surat-surat pendek (Juz Amma) dan siswa yang mampu membaca tingkatan IQRO 1 – 6. Mereka duduk sesuai dengan kelompoknya dengan memegang Qur’an (alat baca) masing-masing.
3. Bimbingan tilawah untuk tim ahli oleh guru.
Guru mengecek bacaan siswa yang memiliki tingkat kemampuna membaca Al-Qur’an, sekaligus menentukan siapa yang dianggap mampu membimbing rekannya untuk membaca bacaannya masing-masing.
4. Dengan bimbingan dari guru tim ahli memberikan bimbingan kepada teman sejawat yang lebih rendah kemampuannya.
Siswa yang dianggap masih perlu bimbingan membaca seperti yang memiliki tingkat kemampuan membaca juz Amma dan IQRO akan dibimbing membaca al-qur’an oleh tim ahli yang telah ditentukan guru.
5. Evaluasi
Tim ahli menyampaikan kelemahan-kelemahan teman bimbingannya kepada guru, kemudian guru memberikan penjelasan, penekanan materi dan pengarahan bacaan.

E. Peran dan fungsi guru PAI dalam Pembelajaran Al-Qur’an di SDN Garawangi
Peran guru PAI di SDN garawangi dalam pemeblajaran Al-Qur’an secara umum membimbing dan mengarahkan siswa agar mampu membaca Al-Qur’an dengan benar.
Selain itu guru PAI memiliki tugas eksternal diantaranya menyusun draft kerjasama dengan Madrasah Diniyah Awaliyah Takmiliyah dalam pembinaan dan pengajaran Al-Qur’an. Konsekwensi kerja sama tersebut adalah guru mengadakan visitasi MDAT untuk memantau kegiatan pembelajaran Al-Qur’an bagi siswa-siswanya. Baik materi yang diajarkan, ataupun absensi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Al-Qur’an.

0 komentar: