A. Hadits Istilah
Hadits menurut etimologis memiliki banyak arti, yaitu Jadid, Qarib, Khabar. Jamak hadits sendiri adalah hidats, hudatsa dan huduts. Makna-makna secara bahasa ini reltif berbeda dan berbeda, jadid artinya baru, qarib artinya dekat, khabar artinya kabar atau warta.
Berbeda dengan pengertian terminologis hadits yaitu:
كلّ ما اضيف الى النبى صلّى الله عليه وسلّم من اقوال
او افعال او تقرير او غيرها
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik perkataan, perbuatan, keptusan atau semisalnya”
Pengertian diatas dianggap pengertian yang paling lengkap dibanding dengan pengertian-pengertian lain dan dianggap mewakili pengertian yang lain. Pengertian di atas menunjukan bahwa segala sesuatu yahttp://www.blogger.com/post-create.g?blogID=9193388155707042850#ng disandarkan atau yang dijadikan rujukan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa af’al, aqwal, taqrir atau semisal dengan hal-hal tersebut. Berikut penjelasan rincinya:
a. Aqwal
Aqwal adalah perkataan yang pernah beliau ucapan (bunyi yang dilisankan dan mempunyai makna) mengenai aqidah, hukum, akhlak, pendidikan, dan lain-lain. Contoh aqwal Nabi:
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشدّ بعضه بعضاَ (رواه مسلم)
Artinya:
“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang satu sama lain saling menguatkan” (H.R. Muslim)
b. Af’al
Af’al merupakan sesuatu yang dilakukan rasul yang merupakan penjelasan dan pengalaman praktis terhadap peraturan syari’at, praktek ibadah, aktivitas syari’ah dan lain sebagainya. Sebagai contohnya adalah:
كان النبيّ صلّى الله عليه وسلّم يسّوى صفوفنا اذا قمنا الى الصلاة
فإذا استوينا كبّر (رواه مسلم)
Artinya:
“Nabi saw menyamakan (meluruskan) shaf-shaf kami ketika kami melakukan shalat. Apabila shaf-shaf kami telah lurus, maka iapun bertakbir” (HR. Muslim)
c. Taqrir
Taqrir adalah kesan adanya ketetapan aturan dan ajaran dari keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkarakan oleh para sahabat di hadapan beliau. Contoh:
كنّا نصلّى ركعتين بعد غروب الشمس و كان رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يرانا ولم يأمرنا ولم ينهنا (رواه مسلم)
Artinya:
“Kami (para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari (sebelum shalat maghrib) Rasulullah saw terdiam ketika melihat apa yang kami lakukan, beliau tidak menyuruh, dan tidak pula melarang kami” (HR. Muslim)
d. Sifat, keadaan atau himmah Nabi Muhammad saw.
Adapun sifat yang biasanya diutarakan dalam sebuah haditsa bisa berupa keadaan jasmaniyah rasul, keadaan silsilah rasul serta rencana atau hasrat keinginan rasul.
B. Hadits Dilalalh
Hadits dilalah adalah hadits yang termaktub dalam kitab-kitab hadits yang telah dikumpulkan dan ditadwinkan serta dikodifikasikan oleh muhanditsin sejak tahun 100 H sampai dengan + tahun 500 H. Artinya, sesuatu dapat dikatakan hadits apabila ia terdapat dalam kitab hadits (mashadir hadits).
Jumlah muhanditsin masyhur sebanyak 24 orang, yang masing-masing terkumpulkan haditsnya dalam 4 kitab hadits besar, yaitu Mushannaf, Musnad, sunan dan shahih. Berikut perinciannya:
1. Kitab Mushannaf
Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik
2. Kitab Musnad
1) Abu Hanifah, 2) Syafi’I, 3) Abu Ahmad, 4) Al-Khunaidi, 5) Ubaidillah, 6) Ya’qub, 7) Musaddad, 8) Toyality.
3. Kitab Sunan
1) Abu daud, 2) Turmudzi, 3) Nasjai, 4) Ibnu Majjah, 5) Darimi, 6) Darul Kudni, 7) Dalili, 8) Baihaqqy.
4. Kitab Shahih
1) Bukhory, 2) Muslim, 3) Ibnu Hibban, 4) Ibnu Huzaimah, 5) Ibnu Jarrud, 6) Abu Awahah, 7) Hakim.
C. Unsur Hadits
Sesuatu dapat dikatakan hadits apabila ia memiliki unsur yang tiga, yaitu Sanad (sandaran), Rawi (orang yang meriwayatkan), Matan (isi atau lafadz). Berikut penjelasannya:
1. Sanad
Sanad dari segi bahasa artinya sandaran. Sedangkan menurut istilah ahli hadits jalan yang menyampaikan kepada matan hadits.
2. Rawi
3. Matan
Label: artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar